TTM seolah-olah menemukan definisinya. Konsep pertemanan dengan dibumbui sedikit getar-getar asmara tapi bukan pacaran, itulah TTM. Menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi, dari Klinik Empati dan RS Cengkareng, batasan antara TTM dan pacaran sebenarnya ada pada kata komitmen. "Dalam TTM, si pasangan tidak memiliki komitmen untuk menjalin hubungan sebagai pacar. Padahal hubungan ini melibatkan passion yang sebenarnya ada dalam cinta."
Lebih lanjut, Verauli mengutip konsep Steinberg, psikolog dari Universitas Yale, soal cinta. Steinberg mengurai cinta dalam tiga komponen, yaitu intimacy (kedekatan), passion (gairah), dan commitment (komitmen).
Dalam intimacy, pasangan saling terbuka untuk bisa saling mengenal. Dari sana kemudian tercipta rasa aman dan nyaman terhadap diri masing-masing. Dalam passion, ada gairah dan ketertarikan yang biasanya menjurus pada seksualitas. Sementara dalam komitmen, ada keinginan saling memiliki dan ingin tahu ke mana arah hubungan selanjutnya.
Kalau ketiganya ada, lengkaplah true love-nya. Kalau hanya ada intimacy, itu disebut teman biasa. Tapi kalau ada intimacy dan passion, itulah yang namanya TTM tadi.
MENGISI KEKOSONGAN
Setiap manusia memiliki kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman dan terlindungi, menjadi bagian dari orang lain, dan dukungan untuk bisa meningkatkkan rasa peraya diri. Di zaman sekarang, ketika kita banyak disibukkan dengan pekerjaan, kadang kita tak sempat lagi bersosialisasi. Muncullah kekosongan emosional dalam diri kita. Otomatis, kebutuhan-kebutuhan tadi pun tak bisa dipenuhi.
Ketika kemudian kita bertemu seseorang yang kita pikir bisa mengisi kekosongan tadi, mulailah kita dekat dan akhirnya jalan bareng. Tapi, yang namanya cinta, selain memerlukan tiga komponen tadi (intimacy, passion dan commitment) juga butuh faktor-faktor seperti right person, right time dan right place. Ketika salah satu dari ketiga faktor itu tidak terpenuhi, makanya jadilah TTM.
BERAKHIR KAPAN PUN
Baik pertemanan atau pacaran, sebenarnya memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama bisa mengurangi perasaan kesendirian, meningkatkan rasa aman dan rasa bahagia. TTM yang posisinya berada di tengah, sudah pasti mencakup kesamaan tersebut. Di sinilah enaknya TTM.
Tapi, dalam TTM tidak ada komitmen berpacaran. Itu artinya, tidak ada tanggung jawab atau kewajiban untuk saling menjaga perasaan atau hubungan. Itu sebabnya, kita tak bisa berharap Si TTM menelepon tiap hari seperti yang kita inginkan. Kita tak bisa mengharap Si TTM tidak berselingkuh, karena kita tidak memiliki komitmen.
Karena tidak ada komitmen, hubungan TTM juga bisa berakhir kapan saja. Di saat kita sedang merasa dekat-dekatnya dengan Si TTM, tiba-tiba hubungan harus berakhir. Pasti sakit dong rasanya, karena harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan.
Itulah risiko hidup di zaman serba instan yang segalanya bisa didapat dengan mudah. Ambang kesabaran manusia menjadi rendah. Karena pacaran sulit, terutama dalam menjaga hubungan dan komitmen, orang yang terbiasa instan akan memilih TTM. Seandainya ada masalah, mereka tinggal pergi dan mencari TTM baru. Orang seperti ini pastinya akan sulit mencari pasangan sejati. Secara emosional, ia juga dangkal karena tidak pernah menjalin hubungan yang dalam.
PERSELINGKUHAN TERSELUBUNG
Buat mereka yang sudah berpacaran tapi tetap ber-TTM, Verauli menyebut sebagai perselingkuhan terselubung. Unsur infidelity (ketidaksetiaan) berperan besar. Dengan mengatasnamakan pertemanan, unsur perselingkuhan terbalut. Perasaan bersalah pun jadi lebih kecil. Karena, ketika ditanya pacar, pasti jawabannya hanya teman. Kalau teman, tapi kok mesra?
Verauli menyarankan untuk berhati-hati dengan orang-orang seperti ini. Orang yang baru selingkuh satu kali, itu bisa dikatakan kepleset. Tapi orang yang selingkuh berkali-kali, itu namanya pola dan bisa menjadi habit atau kebiasaan. Sampai tua cenderung akan selingkuh.
Jadi, mau ber-TTM atau tidak berpulang kembali pada Anda yang menjalani. Kalau merasa nyaman, silakan terus. Tapi ingat, karena tidak ada komitmen, ya tidak bisa diharapkan.
-kompas.com, 16 juni 08-
-ttm itu ga jelas maksud n tujuannya-
-ttm bs berbuat se enaknya krn merasa no commitment-
-ttm bs saling menyakiti, tanpa bisa berbuat apa2-
-ttm?? mending maen sm tmen2/mgerjakan kegiatan yg lbh berguna-
-ttm wasting time banget, ga worth it lah-
-so, better jomblo than ttm-
Lebih lanjut, Verauli mengutip konsep Steinberg, psikolog dari Universitas Yale, soal cinta. Steinberg mengurai cinta dalam tiga komponen, yaitu intimacy (kedekatan), passion (gairah), dan commitment (komitmen).
Dalam intimacy, pasangan saling terbuka untuk bisa saling mengenal. Dari sana kemudian tercipta rasa aman dan nyaman terhadap diri masing-masing. Dalam passion, ada gairah dan ketertarikan yang biasanya menjurus pada seksualitas. Sementara dalam komitmen, ada keinginan saling memiliki dan ingin tahu ke mana arah hubungan selanjutnya.
Kalau ketiganya ada, lengkaplah true love-nya. Kalau hanya ada intimacy, itu disebut teman biasa. Tapi kalau ada intimacy dan passion, itulah yang namanya TTM tadi.
MENGISI KEKOSONGAN
Setiap manusia memiliki kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman dan terlindungi, menjadi bagian dari orang lain, dan dukungan untuk bisa meningkatkkan rasa peraya diri. Di zaman sekarang, ketika kita banyak disibukkan dengan pekerjaan, kadang kita tak sempat lagi bersosialisasi. Muncullah kekosongan emosional dalam diri kita. Otomatis, kebutuhan-kebutuhan tadi pun tak bisa dipenuhi.
Ketika kemudian kita bertemu seseorang yang kita pikir bisa mengisi kekosongan tadi, mulailah kita dekat dan akhirnya jalan bareng. Tapi, yang namanya cinta, selain memerlukan tiga komponen tadi (intimacy, passion dan commitment) juga butuh faktor-faktor seperti right person, right time dan right place. Ketika salah satu dari ketiga faktor itu tidak terpenuhi, makanya jadilah TTM.
BERAKHIR KAPAN PUN
Baik pertemanan atau pacaran, sebenarnya memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama bisa mengurangi perasaan kesendirian, meningkatkan rasa aman dan rasa bahagia. TTM yang posisinya berada di tengah, sudah pasti mencakup kesamaan tersebut. Di sinilah enaknya TTM.
Tapi, dalam TTM tidak ada komitmen berpacaran. Itu artinya, tidak ada tanggung jawab atau kewajiban untuk saling menjaga perasaan atau hubungan. Itu sebabnya, kita tak bisa berharap Si TTM menelepon tiap hari seperti yang kita inginkan. Kita tak bisa mengharap Si TTM tidak berselingkuh, karena kita tidak memiliki komitmen.
Karena tidak ada komitmen, hubungan TTM juga bisa berakhir kapan saja. Di saat kita sedang merasa dekat-dekatnya dengan Si TTM, tiba-tiba hubungan harus berakhir. Pasti sakit dong rasanya, karena harapan kita tidak sesuai dengan kenyataan.
Itulah risiko hidup di zaman serba instan yang segalanya bisa didapat dengan mudah. Ambang kesabaran manusia menjadi rendah. Karena pacaran sulit, terutama dalam menjaga hubungan dan komitmen, orang yang terbiasa instan akan memilih TTM. Seandainya ada masalah, mereka tinggal pergi dan mencari TTM baru. Orang seperti ini pastinya akan sulit mencari pasangan sejati. Secara emosional, ia juga dangkal karena tidak pernah menjalin hubungan yang dalam.
PERSELINGKUHAN TERSELUBUNG
Buat mereka yang sudah berpacaran tapi tetap ber-TTM, Verauli menyebut sebagai perselingkuhan terselubung. Unsur infidelity (ketidaksetiaan) berperan besar. Dengan mengatasnamakan pertemanan, unsur perselingkuhan terbalut. Perasaan bersalah pun jadi lebih kecil. Karena, ketika ditanya pacar, pasti jawabannya hanya teman. Kalau teman, tapi kok mesra?
Verauli menyarankan untuk berhati-hati dengan orang-orang seperti ini. Orang yang baru selingkuh satu kali, itu bisa dikatakan kepleset. Tapi orang yang selingkuh berkali-kali, itu namanya pola dan bisa menjadi habit atau kebiasaan. Sampai tua cenderung akan selingkuh.
Jadi, mau ber-TTM atau tidak berpulang kembali pada Anda yang menjalani. Kalau merasa nyaman, silakan terus. Tapi ingat, karena tidak ada komitmen, ya tidak bisa diharapkan.
-kompas.com, 16 juni 08-
-ttm itu ga jelas maksud n tujuannya-
-ttm bs berbuat se enaknya krn merasa no commitment-
-ttm bs saling menyakiti, tanpa bisa berbuat apa2-
-ttm?? mending maen sm tmen2/mgerjakan kegiatan yg lbh berguna-
-ttm wasting time banget, ga worth it lah-
-so, better jomblo than ttm-
No comments:
Post a Comment